Februari 2023, angin sore Gorontalo membawa aroma tanah basah dan harapan baru. Di kota tempat kami menuntut ilmu, tak pernah kusangka pertemuan singkat yang bisa menjadi awal dari sebuah kisah yang panjang. Kami mulai sering bertegur sapa. Hari demi hari, tawa kami saling mengisi. Bulan demi bulan berlalu. Dari sekadar teman chat wa, kami menjadi teman jalan, kemudian teman pulang kampung. Tak butuh waktu lama untuk meyakinkan hati. Kami tahu, ini bukan cinta main-main. Juni 2024, setahun setelah perjalanan ini dimulai, Dandy datang bersama keluarganya. Rumahku dipenuhi bunga, senyum, dan doa. Acara lamaran kami berlangsung sederhana namun hangat. Aku masih mengingat mata Ibu yang berkaca-kaca saat Dandy menyematkan cincin di jariku. Itu hari di mana cinta kami disahkan oleh keluarga. Kini, Juni 2025. Gaun putih yang kupakai terasa ringan, seakan ikut menari bersama kebahagiaanku. Di depan para tamu dan orang-orang tersayang, kami mengikat janji. Dandy berdiri di hadapanku, dengan mata yang masih menyimpan ketenangan yang sama seperti saat pertama kali aku melihatnya di kala itu — tapi kini, ada cinta yang lebih dalam, ada janji yang lebih kuat. Perjalanan kami masih panjang. Tapi hari ini, kami melangkah sebagai dua jiwa yang telah memilih untuk saling menggenggam. Dari Gorontalo, cinta kami tumbuh. Kini, ia mekar menjadi ikatan suci yang tak akan kami lepaskan.